Riauaktual.com - Eza Yulia Pearlovie (45) merupakan petugas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang melakukan pendampingan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Ibu yang memiliki 4 orang anak ini sudah melakukan pendampingan program kesehatan dibeberapa daerah di Indonesia, termasuk salah satunya di Kabupaten Asmat, Propinsi Papua.
Saat melakukan kunjungan ke Kelompok Kerja Masyarakat (KKM) Kelurahan Pangkalan Kerinci Kota tepatnya warga pinggiran sungai di Dusun Kualo Kerinci. Eza yang biasa disapa itu memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menerapkan gerakan masyarakat hidup sehat.
Selain itu, Ia juga menceritakan pengalamannya saat melakukan pendampingan di Suku Asmat Kampung Ayam, Distrik Alat, Kabupaten Asmat, Propinsi Papua untuk mengubah perilaku buruk masyarakat yang sebelumnya terbiasa Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Dengan kegigihan serta dengan pendekatan persuasif dengan masyarakat, tokoh adat, tokoh masyarakat serta pejabat pemerintahan daerah program gerakan masyarakat hidup sehat dapat dilaksanakan oleh Suku Asmat.
"Alhamdulillah, waktu itu saya bersama tim Flying Health Care (FHC) berhasil mengubah perilaku buruk masyarakat Suku Asmat. Masyarakat sudah tidak mau lagi BABS karena merasa jijik, dan malu, apalagi sampai dilihat orang lain," ucap Eza ceritakan pengalaman kepada masyarakat pinggiran sungai kualo kerinci.
Lanjut Eza, menceritakan bahwa mereka sudah paham bagaimana alur kuman dari kotoran mereka sampai ke mulut mereka sendiri hingga menyebabkan berbagai penyakit. Akhirnya, seluruh warga berkomitmen untuk tidak lagi BABS,
Pada waktu itu, hari Rabu tanggal 14 bulan 3 tahun 2018 telah dilakukan deklarasi Stop BABS di kantor Kampung Ayam. Disaksikan oleh tim FHC Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pemerintah daerah, Dharmawanita, TNI, Polri, ketua adat, kepala kampung, dan tokoh agama serta tokoh masyarakat Kabupaten Asmat.
"Kita pada itu meminta Puskesmas melalui petugas kesehatan yang keliling, serta kepala kampung berjanji memonitoring terus perilaku masyarakat. Kita menekankan kepala kampung jangan sampai Kampung Ayam terekspos media karena kembali berperilaku BABS," lanjutnya.
Ditambahkan Eza, untuk pertama kali datang ke Kampung Ayam tepatnya sebelum dilakukan pemicuan, masyarakat sudah terbiasa BABS, di semak-semak, dan di kali. Dari 589 warga kampung Ayam, hanya sebagian kecil warga yang BAB di wc, itu pun tidak diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Mulai dari situlah, Eza bersama rekan satu tim nya berusaha mengubah perilaku itu melalui pemicuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang fokus utamanya pada stop BABS dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ( Germas). Hasilnya seluruh masyarakat menerima pemicuan itu tanpa ada penolakan sedikit pun.
''Mereka merasa sangat senang punya wc sendiri sekarang. Mereka bilang, dulu tidak ada yang mendampingi kami, memberitahukan seperti ini. Hanya datang sebentar, nyuruh, lalu pergi. Mereka sebenarnya ingin berubah, tapi gak tahu caranya. Gak ada juga yang menggiatkan mereka untuk bergerak,'' lanjut ceritanya.
Perubahan perilaku masyarakat itu diharapkan terjadi selamanya dan meluas ke seluruh Papau, bahkan seluruh Indonesia. Sedangkan masyarakat terdalam Papua mau mengikuti program Germas, tentunya masyarakat di pinggiran Sungai Kualo Kerinci lebih menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Ditambahkan, Eza dimasa Covid-19 ini masyarakat juga diminta mematuhi protokol kesehatan dengan Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak (3M) sesuai dengan himbauan Pemerintah.
"Dengan mematuhi prokes tentunya telah membantu pemerintah untuk memutus mata rantai Covid-19. Selain itu, program Germas ini, dapat menjadi pemicu untuk selalu berperilaku hidup sehat," tutup Eza, mengakhiri ceritanya. (Rik)
